Teori Detak Jantung: Hari Ketujuh dan Keputusan Nod

Nod dan Ara terbangun di sebuah lantai putih dengan langit biru dan awan yang tebal sebagai atapnya. Nod dan Ara saling bertatapan. Inilah saatnya bagi mereka untuk berpisah. Belum lama mereka tersadar dari tidur mereka, sebuah suara langsung menyambut mereka.

Jadi, apakah sudah kalian putuskan? 

“Tuhan, haruskah salah satu dari antara kami mati? Tak bisakah kami berdua hidup?” tanya Nod berupaya negosiasi.

Baca juga:

 

Sudah kukatakan padamu, aku membiarkan kalian hidup karena cukup satu saja dari antara kalian yang kembali padaKu. 

“Kalau begitu ambillah kami berdua!” Nod berusaha bernegosiasi lagi.

Jika kau tak ingin memutuskannya, maka Aku sendiri yang akan memilihnya. 

“Nod!” teriak Ara. Nod menatap Ara khawatir. Ia tak sampai hati menyebut bahwa Ara lah yang harus mati.

“Kami sudah mendiskusikannya.” jawab Ara. “Biarlah saya yang kembali padaMu.” tawar Ara. Nod tak mampu berkata-kata.

Baikah kalau begitu.. 

Tubuh Ara terangkat tinggi. Tiba-tiba cahaya putih meliputi Ara dari ujung kaki. Perlahan tapi pasti, terus naik ke atas. Nod merasa begitu sedih dan ketakutan melihat Ara diambil, namun ia tak kuasa apapun. Satu hal yang Nod tahu, rupanya peraasan mereka masih terkoneksi satu sama lain hingga saat itu. Kesedihan Ara, ketakutan Ara, cinta Ara, semua ia rasakan.

Ketika cahaya putih itu sudah sampai pada pinggang Ara, Nod mendengarkan suara hati Ara yang berteriak keras.

“Nod! Aku tak ingin mati!” Nod terkejut mendengarnya, lalu tersenyum. Ia benar-benar tak sampai hati merasakan Ara yang begitu takut pergi duluan.

“Tuhan! Biar aku saja yang Kau ambil! Setidaknya aku pernah merasakan kebahagiaan di dunia. Tolong biarkan Ara hidup dan bahagia kelak..” seru Nod.

Baiklah jika itu permintaanmu. Ini yang terakhir. Keputusanmu tak dapat diubah. 

Cahaya putih yang semula sudah meliputi Ara hingga leher perlahan menghilang. Ara terkejut dengan apa yang terjadi padanya.

“Tunggu dulu! Nod! Bukan itu maksudku! Aku tak bermaksud demikian!” teriak Ara panik karena ia tahu Nod mendengarkan suara hatinya.

“Tak apa Ra.. Kamu harus berjanji padaku untuk selalu bahagia!” ucap Nod lalu tubuhnya terangkat dan cahaya putih mulai menyelubunginya. Sementara cahaya yang meliputi Ara perlahan-lahan menghilang.

“Nod! Jangan pergi! Nod!” teriak Ara sedih.

Nod tersenyum begitu tulus menyisakan kesedihan mendalam pada Ara. Ara tak pernah menyangka bahwa Nod akan melakukan hal yang di luar rencana. Ara menangis sejadi-jadinya.

KIni cahaya putih meliputi seluruh ruang antara orang hidup dan mati. Meliputi Ara dan semua kesedihannya..

Lalu semua  menghilang …

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!