Misteri Bak Mandi yang Bertambah Dangkal

“Ah.. airnya sudah mendidih. Tolong ambilkan sayuran yang ada di sana sayang!” perintah bibi mengalihkan perhatian Gusta.

“Bibi selalu berandai-andai, bagaimana caranya bibi dan paman bisa bersama selamanya. Akhirnya kami menemukan caranya. Hihihihihi…!” jelas bibi dengan tawa mengerikan. Gusta masih kebingungan dengan maksud bibi.

“Nanti, tolong antarkan makanan ke paman ya? Sepertinya ia sedang di loteng saat ini.” perintah bibi lagi mengaburkan perhatian Gusta. Entah mengapa tiba-tiba semuanya terasa mencengangkan bagi Gusta.

Gusta berjalan menuju loteng yang berada di sebelah barat dapur. Tangganya terbuat dari cor-coran semen yang sudah memiliki retakan di beberapa titik. Debu menutupi tangga-tangga itu, membuat Gusta enggan melangkah di atasnya tanpa mengenakan alas kaki. Dengan alas kaki pun debu yang begitu tebal terasa menyelimuti kaki Gusta.

Baca juga:

 

Dengan perlahan Gusta membawa nampan dengan sepiring sayur dan lauk pauk tanpa nasi. Segelas susu bagi penderita diabetes juga dijaganya agar tidak miring ke sana kemari.

Gusta sampai di depan pintu loteng yang tengahnya dilapisi oleh kaca. Ditahannya nampan itu dengan dadanya, lalu Gusta mengetuk-ngetuk pintu loteng.

“Masuk!” ujar suara berat seorang pria dari dalam. Samar-samar terdengar suara bergelotakan dari dalam loteng.

Gusta membuka pintu yang mengantarnya pada sebuah lorong. Di ujungnya terdapat sebuah pintu yang terhubung dengan sebuah ruangan. Sementara jika Gusta berjalan lurus ia akan sampai pada sebuah ruangan lepas tempat meletakkan barang-barang bekas. Di ujung satunya lagi terdapat satu ruangan kecil yang menghadap depan rumah. Gusta berjalan terus hingga teras depan. Tak ada apapun selain perabotan bekas yang sudah cukup tua usianya dan ditutupi oleh debu tebal.

Di sudut ruangan Gusta melihat sebuah sofa yang ditutupi oleh kain putih. Tapi aneh. Seolah ada yang ditutupi dari sofa itu. Ada sesuatu yang.. seperti seseorang yang duduk di sana mungkin? Gusta awalnya sangsi dengan pemikirannya. Tapi benar-benar mirip. Seolah ada kedua tangan yang sedang bersitirahat di kedua sisi tangan sofa tersebut. Sekalipun tertutup kain putih, Gusta yakin betul itu seperti tangan manusia.

Gusta mendekati sofa tersebut. Ia perlahan berusaha meraih kain putih yang menutupi sofa tersebut. Nampan berisi makanan membuat tangannya agak kesusahan menggapainya. Tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!