Paranoid

Yang menarik, adikku tidak pernah mengeluh dan mengadu kepada bapak. Ketika ia terluka, ia hanya bilang kalau ia jatuh dari sepeda. Ia tak pernah menyalahkan siapapun untuk hal apapun.

Aku melihat adikku yang sedang tertidur. Menelan ludah. Mulai ketakutan. Mungkinkah ia dendam padaku? Mungkinkah Pak Hanu melakukan kesalahan pada anaknya di masa lalu, sehingga tak ada angin tak ada hujan Pak Hanu dibunuh begitu ada kesempatan?

Aku masuk ke kamarku. Menutup pintu. Berusaha untuk tidur.

“Mas..” apa ini? Sakit sekali! Sesuatu mengiris kakiku dengan dalam. Aku merasakan darah mengalir dari kakiku.

“Sudah bangun?” aku masih bingung. Rasa sakit ini menguasaiku.

“Bo-Bobi?!” teriakku. “Kamu ngapain?! Sakit! Astaga! Aaargggh!” teriakanku semakin menjadi-jadi ketika kurasakan tusukan pisau menghujam ke semua bagian kakiku.

“Terima kasih sudah jadi Mas yang baik untuk aku.” Ujar Bobi lalu menindihi badanku dan mulai menusukkan pisau ke lenganku.

“Bapak! Bapaaak! Bap-.. Mmmhh!” teriakku berusaha membangunkan Bapak.

“Ssssh! Bapak sudah tidur. Sama kayak kamu, nanti tidur selama-lamanya.. Hehehe!” ucapnya dengan tawa paling mengerikan yang pernah kudengar.

Tak lama kemudian aku merasakan sebuah besi dingin menghujam dadaku.

HAH! HAH! HAH!

Hanya sebuah mimpi.

Keringat dingin membasahi tubuhku. Aku begitu ketakutan.

Aku keluar dari kamar. Mengendap-endap ke arah kamar Bapak. Tertutup. Pasti Bapak sudah tidur. Kemudian aku mengendap-endap ke kamar adikku. Ia juga masih tertidur pulas.

Kuambil sebuah pisau dari dapur. Pisau yang cukup besar. Biasanya digunakan untuk memotong daging. Jadi ini akan berjalan dengan cepat.

“Dari pada kamu yang mbunuh aku dan bapak duluan, akan lebih baik jika kamu yang mati terlebih dahulu. Satu nyawa lebih baik dari pada dua nyawa kan?” ucapku sebelum aku mulai menghujamkan pisau ke kepala adikku.

Tiba-tiba seseorang menghantamku. Pisau yang kupegang ditepis sehingga terlempar jauh dari genggamanku. Gerakanku dikunci sehingga aku tak kuasa melakukan apapun lagi.

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!