Nod dan Ara, Sebuah Awal Kisah

Hari yang cerah. Angin berhembus degan sejuknya. Suasana kota. Ah, tak ada yang lebih nikmat daripada menjadi mahasiswa di hari pertama. Nod tak sabar untuk bertemu dengan suasana baru di kota. Baru saja Nod akan melewati sebuah gedung SMA yang terletak dekat kampusnya, orang-orang sudah meneriaki Nod. Nod tak sadar akan apa yang telah meluncur ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

Nod menatap ke langit. Ia melihat seorang perempuan tengah terjatuh tepat menuju arahnya. Waktu terasa berhenti sesaat ketika Nod menatap wajah perempuan itu. Dan semua menadi gelap.

Baca juga:

 

“Uh! Di mana ini?” sebuah cahaya membangunkan Nod. Perempuan yang menjatuhinya pun sedang tersadar di sebelahnya. Mereka berada di sebuah tempat yang hanya ada langit biru dengan awan tebal dan lantai putih sebagai pijakannya.

Kalian berada di dunia antara orang hidup dan mati…

Seru sebuah suara. Nod terkejut mendengarnya.

“Jadi? Kami sudah mati?!” teriak Nod.

Tak perlu teriak-teriak. Aku bisa mendengarkan. Iya, kalian sudah mati. Kalian kini berada di dunia antara kehidupan dan kematian. 

“Tapi aku belum ingin mati!” protes Nod.

Hanya ada satu dari kalian berdua yang akan hidup. Akan kuberikan waktu tujuh hari tambahan kehidupan bagi kalian untuk berdiskusi.

“Bagaimana bisa seperti itu?!” Nod kembali protes.

Sementara itu. Kalian akan berbagi banyak hal dan tidak boleh terpisah selama tujuh hari ke depan. Putuskanlah baik-baik! 

Seketika pula cahaya putih menyelimuti mereka berdua. Nod dan perempuan itu kini tersadar di tengah-tengah taman.

“Siapa itu? Apakah tadi itu Tuhan?” tanya Nod kebingungan.

“Sepertinya begitu.” kali ini akhirnya perempuan itu berbicara sambil membersihkan debu yang menempel di pakaiannya.

Perempuan itu kemudian berjalan meninggalkan Nod yang kebingungan. Ketika sudah cukup jauh,, baik Nod dan perempuan itu merasakan sakit yang amat dahsyat menghujam jantung mereka.

UGH!!!” teriak mereka berdua.

“I-I-a ta-tadi berkata.. kita tak boleh berpisah?! A-apakah ini maksudnya?!” kata perempuan itu merangkak mendekati Nod.

“M-m-mungkin saja!” balas Nod yang juga kesakitan. Kini mereka berdua saling berhadapan. Mengatur napas karena kesakitan. Setelah beberapa saat, akhirnya prempuan itu berdiri.

“Baiklah kalau begitu. Sepertinya selama tujuh hari ke depan sampai kita memutuskan siapa yang harus mati.” ucapnya enteng lalu memberikan jabat tangannya pada Nod.

“Namaku Ara. Sepertinya kita harus bersama sementara ini!” ucapnya memperkenalkan diri.

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!