Merasakan Perasaanmu Bukanlah Hal Mudah

Pada akhirnya Nod menemani Ara untuk membeli baju. Mereka juga memutuskan berbelanja untuk makanan harian. Sayangnya, Nod bertemu dengan seseorang yang tak diduganya di jalan.

“H-h-helen?” melihat gelagat ketakutannya itu Ara paham bahwa yang mereka temui saat ini adalah pacar Nod. Helen tampak sedang berjalan degan seorang pria berkacamata.

“Kamu bilang kamu sakit?!” nada Helen meninggi.

“A-a-a-nu.. Perempuan ini..” Nod berupaya menjelaskan, tapi tamparan keras sudah melayang ke pipi Nod. Di saat bersamaan Ara pun merasa kesakitan.

Baca juga:

 

“Aku sengaja mengajak Dans untuk bersama menjengukmu! Tapi kenapa kamu berbohong?! Aku kecewa denganmu Nod!” ujar Helen lalu melangkah pergi dengan kesal. Nod yang dari tadi berupaya menjelaskan kini kebingungan.

“Apa yang kamu lakukan Nod?” ujar Dans. “Lalu siapa perempuan ini?” lanjutnya.

Nod terdiam. “Kujelaskan pun kamu tak akan percaya…” jawab Nod.

“Ayolah! Aku kan temanmu. Barangkali aku bisa membantumu!” jawab Dans. Nod tampak sedikit lega ketika Dans mau mendengarkan penjelasnnya.

Kini mereka bertiga sudah duduk di sebuah kafe.

“Apa?! Tuhan?! Dan salah satu dari kalian harus mati dalam 6 hari ini?!” ucap Dans setengah tak percaya.

Nod mengangguk, “Sudah kuduga kamu tak akan percaya.”

Dans membenarkan kacamatanya dan berdiri, “Tidak. Aku percaya. Kalau seandainya kamu bohong, seharunya kamu menggunakan alasan yang lebih logis.”

“Benarkah?” Nod tampak lebih ceria. “Aku akan coba jelaskan pada Helen mengenai keadaanmu. Aku akan berkata bahwa Ara adalah sepupumu yang terpaksa bersamamu selama seminggu ini karena orangtuanya sedang pergi.”

“Astaga! Terima kasih Dans! Aku beruntung ada yang mempercayaiku!” ujar Nod kegirangan.

“Kalau aku gagal, aku akan mengabarimu nanti malam. Kalau berhasil, yaa….” ucap Dans sambil tersenyum.

“Tak apa! Kabari aku apapun hasilnya!” ujar Nod lalu mengantar Dans ke pintu depan kafe.

“Lagipula Nod. Cewek itu seksi. Kenapa kamu tak ‘melakukannya’ sekali saja dengannya? Lumayan lho!” ujar Dans berbisik pada Nod.

“Apaan sih?! Aku bukan orang seperti itu!” balas Nod tapi dengan wajah memerah.

Nod kembali dengan sumringah. “Kenapa kalian tadi berbisik? Pasti kalian membicarakan pelecehan!” ucap Ara langsung menuduh. Nod gelagapan.

“Semua pria berotak busuk rupanya.” ujar Ara dengan datar. “Apakah Dans sahabatmu?” tanya Ara penasaran.

“Ah bukan. Ia temanku dari kecil. Kami hanya berteman selayaknya orang biasa. Kebetulan memang kami dari TK sampai SMA satu kampus terus. Jadi seperti sudah tahu semua sifat kami satu sama lain.” jelas Nod.

“Kamu bohong. Kamu tak menganggapnya sekedar teman!” ucap Ara.

“Jangan sok tahu.” bantah Nod.

“Apakah kamu tak menyadari hal lain lagi?” tanya Ara tajam. Nod kini terdiam.

“Sepertinya kita juga berbagi perasaan. Bukan hanya fisik, tapi apa yang hati kita rasakan kita saling tahu.” Nod terkejut bukan main.

“Tadi saat kita bertemu dengan pacarmu, aku tiba-tiba merasakan takut dan patah hati ketika ia menamparmu. Juga ketika berbincang dengan Dans, aku merasakan bahwa hatimu menjadi hangat dan lega karena memiliki Dans yang bisa diandalkan.” jelas Ara. Nod benar-benar tak menyadarinya karena selama ini ia belum pernah melihat Ara berekspresi secara berlebihan.

“Apakah kau membaca pikiranku?” tanya Nod.

“Bukan. Ini bukan pembaca pikiran. Semacam.. empati kita satu sama lain jadi menyatu. Jadi kita akan bisa saling merasakan satu sama lain.” jelas Ara.

“Ah juga.. ketika kamu benar-benar antusias untuk membunuhku, ataupun ketika kau memikirkan hal jorok, aku juga merasakannya.” Nod kini terdiam.

“Kau memikirkan hal sadis semacam itu dan berupaya memenangkan hatiku agar aku yang rela mati untukmu? Hmm,, sungguh pria yang menyeramkan!” jelas Ara dengan datar. Nod merasa putus asa dengan segala taktiknya.

“Ah! Ada yang baru saja putus asa lagi!” teriak Ara.

“Hentikan!” ucap Nod tersinggung dengan apa yang dikatakan Ara.

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!