Lebih Buruk Terjebak pada Orang yang Salah dibandingkan Jatuh Cinta pada Saat yang Tak Tepat

“BAGUS! KAMU DATANG! BIAR JELAS SEMUANYA!” Riyanti kini berhenti dan berjalan ke arah Isnan. Kemudian berusaha menampar Isnan, tapi Isnan menahan tangan Riyanti.
“Hentikan!” balas Isnan dengan nada dingin.

Riyanti tampaknya begitu mudah main tangan. Tangan kirinya kini berusaha menampar Isnan. Tapi Isnan tetap berhasil menangkisnya.

Sebelumnya dalam Tak Ada Tempat Lain Seindah di Surga untuk Mencintai Dirimu

“HENTIKAN KU BILANG! ATAU KUPANGGIL POLISI! KITA SELESAIKAN SECARA HUKUM!” teriak Isnan. Tampak begitu marah dengan kelakuan Riyanti.

Riyanti tampak begitu tak terima. Lengannya dihentakkan, “Lepaskan aku!” teriak Riyanti merasa kesakitan dengan cengkeraman Isnan yang rupanya kuat.

“Kamu nggak berhak melakukan ini Riyanti, kamu bukan siapa-siapaku!” tegas Isnan.

“Ya! Aku berhak! Dan kalian berdua akan merasakan akibatnya!” sahut Riyanti tak ingin kalah.

Isnan kini melepaskan cengkeramannya. Membiarkan Riyanti berjalan keluar dengan marah.

“KALIAN AKAN MERASAKAN AKIBATNYA!” teriak Riyanti dari mulut pintu.

Isnan mengabaikannya, lalu menghampiri Nisa. “Ada yang luka sayang?” tanya Isnan lembut. Berusaha menenangkan Nisa yang tersedu-sedu dan kesakitan. Sambil memeriksa apakah ada luka di kepala Nisa.

“Is-nan.. huhuhu.. “ ucap Nisa tersedu-sedu.

Isnan hanya terdiam menatap Nisa serius. “Dia gila, Nan. Apa yang harus kita perbuat?” tanya Nisa masih terbata-bata.
Isnan kini mendekap Nisa. “Akan kuurus nanti.” kemudian membopong Nisa dan merawat luka-lukanya.

 

Baca juga:

Isnan berdiri di balkon apartemennya. Menggenggam smartphonenya, melihat pesan dari papa Riyanti.

Sama seperti Nisa, tengah terduduk di tempat tidurnya, mendapatkan pesan yang membuat harinya kelabu. Nisa terisak, begitu ketakutan dengan semua yang ia hadapi kemarin, termasuk pesan hari ini.

Keduanya mengalami hari yang buruk. Pada akhirnya, Nisa meminta Isnan menemuinya di tepi pantai tempat mereka biasa bertemu.

Isnan memiliki cara khas untuk menenangkan hati Nisa sekalipun mereka sama-sama tahu mereka sedang bernasib sama. Isnan tersenyum simpul, lalu kemudian mencium kening Nisa. Cara ini biasanya selalu berhasil. Tapi. Hati Nisa justru semakin diserang oleh badai yang menggemuruh.

“Aku menceritakan semua yang dilakukan Riyanti kepada orangtuaku.” ucap Nisa tiba-tiba. Membuat Isnan menatapnya dengan seribu tanda-tanya.

“Dan mereka akhirnya menyuruhku untuk menjaga jarak denganmu.” lanjut Nisa.

“Kamu bercanda?” tanya Isnan.

“Nggak, Nan. Aku serius.” kini Nisa menahan air matanya.

“Aku tahu, kamu bukan seorang pembohong yang ahli.” ucap Isnan.

“Kamu ngomong apa sih? Aku serius! Mulai sekarang kita harus berpisah!” ucap Nisa kini berusaha menjauhkan pelukan Isnan darinya.

Tak Ada Tempat Lain Seindah di Surga untuk Mencintai Dirimu (end)
Tak Ada Tempat Lain Seindah di Surga untuk Mencintai Dirimu

Isnan kini terheran-heran. Tapi ia memilih diam melihat air mata Nisa yang mengalir begitu saja. Isnan memilih tak memedulikan semua larangan Nisa. Ia mendekap Nisa, jauh lebih erat dari sebelumnya.

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!