Gadis ini Ditinggal Kekasihnya tanpa Alasan, Sampai Akhirnya Ia Sadar Telah Melakukan Kesalahan Besar …

‘Kan Ada Kamu?

Begitulah yang kerap kukatakan kepada kekasihku setiap aku ternyata melalaikan sesuatu, seperti meninggalkan dompet di meja restoran, meninggalkan tas di halte, ataupun ketika aku lupa untuk melakukan sesuatu hal yang penting.

Aku jadi meragukan diriku sendiri, sebenarnya seberapa penting aku memandang hidupku, sehingga aku selalu melupakan berbagai hal yang penting.

Tapi tidak demikian dengan kekasihku. Ia selalu tersenyum setiap kali aku mengatakan, “’kan ada kamu?” dengan memasang mimik muka nan melas memanja. Tentu saja ini akan selalu berhasil meluluhkan hatinya. Karena aku tahu betapa ia begitu mencintaiku.

Setidaknya… sampai ia menanyakan hal ini:
“Sampai kapan kamu akan begini?” pertanyaan itu singkat namun sebenarnya aku tahu arahnya ke mana.

“Begini gimana?” tanyaku pura-pura tak paham maksudnya.

“Selalu bersandar padaku setiap saat.”

“Tapi kan?” jawabku hendak membantah argumennya. Aku hendak mengatakan bahwa aku benar-beanr nyaman dengan dirinya dan aku memang selalu terkesima dengan kesigapannya.

“Jangan terlalu bergantung padaku.” jawabnya tegas. Ini aneh. Setelah bertahun-tahun kami bersama ini pertama kalinya ia berucap itu padaku. Padahal dulunya, ia yang selalu mengemis perhatian karena kecuekanku. Giliran aku selalu nyaman dengannya sekarang, ia malah membuang itu semua.

“Baiklah.” jawabku singkat dan sinis.

Semuanya tampak nyaman seperti biasanya, setidaknya sampai beberapa saat yang lalu
Semuanya tampak nyaman seperti biasanya, setidaknya sampai beberapa saat yang lalu

Tampak sedikit ekspresi kecewa di wajahnya. Namun kali itu, aku memilih untuk memandang gelas minumanku dan berhenti mengobrol dengannya.

Seiring berjalannya waktu, aku semakin curiga dengan kekasihku ini. Ia seolah-olah kerap menghindariku. Ia kerap menghindari bertemu denganku, di saat dulunya selalu memintaku meluangkan waktu untuknya di akhir pekan. Ia kini bersikap biasa saja ketika aku membatalkan rencana yang kami sepakati, sementara dulunya ia selalu merajuk ketika aku membatalkannya. Bahkan kini, ia membiarkanku jalan dengan pria lain, sekalipun ia tahu bahwa kami jalan hanya berdua saja, sementara dulu ia selalu cemburu jika mengetahui aku jalan bersama pria lain.

Sampai pada akhirnya, aku menyadari bahwa ia lebih sering menyimak percakapan di handphonenya. Sebenarnya tidak pernah ada yang ia rahasiakan. Atau setidaknya, sampai sekarang aku merasa demikian? Memang sih kekasihku ini benar-benar tak pernah lagi berhubungan dengan perempuan lain, selama denganku. Atau setidaknya, yang kuketahui hanyalah demikian. Jangan-jangan?

Aku mencuri kesempatan untuk memeriksa riwayat obrolannya ketika ia sedang ke kamar kecil. Tentu saja, segala kuncinya aku tahu. Bahkan sidik jariku pun terdaftar di handphonenya. Benar-benar tidak ada rahasia di antara kami.

Awalnya aku merasa lega karena tidak ada kunci yang diubah, Sampai akhirnya, aku menemukan satu buah percakapan. Bukan dengan orang asing kekasihku itu bercakap-tulis. Kulihat kontak itu adalah kontak sahabatku sendiri. Dengan sebuah pesan,

“Riyanti nggak tahu kan?”

Aku berusaha menggulir percakapannya. Tapi tentu saja sia-sia. Hanya kalimat tanya itu yang tersisa dari percakapan mereka. Riwayatnya? Entah mengapa kekasihku ini menghapusnya.

Kuletakkan handphone kekasihku itu sebelum ia kembali ke bangkunya. Aku diam saja. Dan.. ia juga diam saja. Sungguh menyebalkan. Kencan-kencan yang kulewati bersamanya makin tak memiliki rasa romantis di dalamnya.

Suatu ketika, aku memutuskan untuk berbelanja di suatu mall seorang diri. Seharian ini kekasihku tak dapat dihubungi. Siapa yang menyangka kalau rupanya ia sedang bersama dengan sahabatku. Tertawa bersama. Obrolan mereka tampak seru. Aku tak pernah melihatnya sebahagia itu selama beberapa bulan belakangan.

Jantungku berdegup begitu kencang. Aku sangat marah. Ingin rasanya aku langsung menghampiri mereka dan kemudian melabraknya. Tapi.. kesedihan lebih dulu meliputiku. Tak terasa air mataku menetes. Ini pertama kalinya aku merasakan cemburu yang demikian menyakitkan. Aku tak pernah menyangka bahwa ia akan mengkhianatiku, bersama sahabatku.

 

Baca juga:

 

Sesampainya di rumah, aku mengharapkan kekasihku (setidaknya aku masih menganggapnya demikian) meneleponku, atau setidak-tidaknya mengirimkan pesan padaku. Atau setidak-tidaknya, ucapkanlah selamat tinggal dengan lebih jelas jika ia lebih mencintai sahabatku. Namun aku tertidur karena lelah menangis.

Esoknya, kulihat pesan dari kekasihku. Ia hanya menyampaikan, “Maaf.”

Setelah itu aku balas pesannya panjang lebar. Aku mengungkapkan bahwa aku tahu kalau ia menjalin hubungan lain dengan sahabatku di belakangku. Aku mengatakan bahwa aku tidak marah, namun sebaiknya hubungan antara aku dan dia berakhir saat itu juga.

Sehari kutunggu, tak ada jawaban darinya.

Seminggu kutunggu, tak ada jawaban darinya.

Sebulan kutunggu, masih tak ada jawaban darinya.

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!