Aku Ingin Selalu Bersamamu

“Kamu ingat, ketika aku bilang bahwa aku bosan hidup?” tanya Ara. “Sebenarnya saat Klefa mendorongku aku berpikir bahwa memang akan jauh lebih baik seperti ini. Toh, tak ada seorang pun yang menantiku di rumah. Seseorang yang kukira sahabatku justru membunuhku. Dan, aku tak memiliki teman seoang pun. Apa yang diharapkan dari hidup semacam ini Nod?” ungkap Ara.

“Kini ketika harinya sudah dekat. Setiap kali aku dekat denganmu, kamu tahu apa yang kurasakan? Aku semakin ingin agar kau hidup Nod!” tegas Ara. Nod terkejut dengan ungkapan Ara.

Baca juga:

 

“Aku suka ketika kamu terasa senang saat melukis. Kau masih memiliki ayah dan nenek yang menantimu di rumah. Kamu punya masa depan yang bagus. Sementara aku? Apa yang dapat kulakukan kalau aku hidup nanti?” tanya Ara.

“Haruskah begitu? Apakah kita tidak dapat bernegosiasi dengan Tuhan ketika saatnya tiba? Tidak bisakah kita hidup semua?” tanya Nod sedih. Ara menggeleng.

“Kalau begitu, ayo sekarang kita mati bersama! Ini akan jauh lebih baik dan tak menyakitkan dibandingkan kita harus hidup sendirian!” ajak Nod. Ara terkejut, namun setuju dengan saran Nod.

Nod menggandeng Ara menuju tepi jurang. Dilihatnya di bawah, begitu banyak batu besar terkena deburan ombak. Dari ketinggian seperti itu, jika mereka terjun langsung ke bawah, sudah dapat dipastikan mereka akan tewas.

“Kamu siap?” tanya Nod memastikan. Ara mengangguk, lalu memeluk Nod. Mereka kini terjun  langsung dari tepi jurang. Semua kemudian menjadi serba putih. Ara dan Nod terbangun di tempat yang sama seperti saat pertama kali mereka mati. Hanya ada awan dan lantai putih.

“Ini?” tanya Nod pada Ara.

“Iya ini dunia antara orang hidup dan mati.” balas Ara. Tapi ada yang berbeda saat itu. Tuhan tak bersuara sama sekali. Tiba-tiba sekelebat cahaya putih meliputi mereka, lalu mereka terbangun di hutan dekat jurang itu.

“Tenyata kita tidak bisa mati sebelum saatnya tiba.” ucap Nod. Ara pun mengangguk.

“Ya sudah bagaimana lagi? Mungkin memang kita harus menghabiskan waktu bersama dengan lebih baik…” ujar Nod sambil tersenyum pada Ara.

“Aku ingin selalu bersamamu, Nod…” ungkap Ara sedih.

Hari itu keduanya gundah tak mengerti mengapa akhirnya mereka saling mencintai, namun harus memilih siapa di antara mereka yang akan mati di hari ketujuh.

Bersambung ke: Teori Detak Jantung: Hari Ketujuh dan Keputusan Nod

Baca juga:

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!