Aku dan Pahlawan Kecilnya – end

Beruntung, kedua rak menghalangi jalannya api untuk langsung membakarnya. Aku tak mempedulikan api atau apapun itu. Aku membopong Ruri. Wajahnya terluka sebagian. Aku bergegas lari ke luar rumah. Aku berlari sekencang-kencangnya agar Ruri bisa selamat. Baru saja aku berhasil keluar, rumah Ruri yang sejak awal sudah rapuh itu langsung ambruk. Aku masih berlari melihat di mana ambulans ada. Kemudian bergegas membawanya ke ambulans.

Sebelumnya dalam [inseIa dan Anak Semata Wayangnya

“Tolong segera ditangani mbak!” ujarku kepada perawat. Kemudian aku memanggil Anton untuk ikut bersama temanku ke rumah sakit. Sementara aku bersama Ruri di ambulans. Aku nggak mau Anton trauma melihat keadaan mamanya saat ini.

Sepanjang perjalanan aku menggenggam tangan Ruri. Ruri tampak kesulitan bernapas. Syukurlah ia masih bernapas. Paramedis masih berupaya memberikan pertolongan pertama. Tibalah kami di rumah sakit. Aku mengurus semua administrasi yang dibutuhkan untuk menolong Ruri.

Aku menghampiri Anton bersama temanku itu. Mata Anton tampak sembab karena menangis ketakutan.

“Bapaaaak!” teriak Anton lalu berlari memelukku.

“Hei nak? Ibumu nggak apa-apa. Tenang saja!” jawabku sambil mengelus-elus kepala Anton.

“Seandainya aku tetap di sana bersama mama. Huhuhuhu.. Pasti aku bisa menolong mama.. huhuhu..” ujar Anton tersedu-sedu. “Papa pasti kecewa sama aku karena nggak bisa njaga mama.. huhuhu…” Anton semakin menangis.

Kini aku menatap Anton. “Nak, yang kamu lakukan itu sudah benar! Sangat benar! Papamu pasti bangga denganmu! Kamu superhero mamamu!” ucapku lalu memeluk Anton lagi.

Aku menunggu operasi yang berlangsung. Anton tertidur pulas di pangkuanku. Ia tampak lelah dengan kejadian malam ini. Sementara itu, temanku mengatakan bahwa kebakaran di rumah Ruri disengaja. Aku sudah yakin siapa yang mencoba membunuh Ruri dan Anton. Maka kuminta temanku itu untuk mengurusnya.

Keesokannya, Ruri sudah siuman. Kupastikan dulu keadaannya sebelum mengajak Anton ke ruang perawatan. Setengah wajah Ruri terkena luka bakar yang cukup parah. Tapi bagiku itu jauh lebih melegakan dibandingkan kehilangan Ruri. Atau.. Anton kehilangan Ruri.

Kupanggil Anton masuk ke dalam setelah berdikusi dengan Ruri.

“Anton, kamu nggak boleh nangis ya kalau ketemu mama? Jangan buat mama sedih!” perintahku. “Kalau kamu nangis, kamu nggak boleh masuk!” lanjutku menegaskan. Anton mengangguk setuju. Kugandeng Anton dan kugendong untuk melihat Ruri. Anton tampak menahan napas melihat Ruri yang terluka.

“Ingat.. nggak boleh nangis.” bisikku. Lalu menyerahkan Anton ke pelukan Ruri.

“Aku keluar dulu ya?” ucapku untuk memberikan waktu bagi mereka berdua.

 

Baca juga:

 

“Pak!” Anton menarik bajuku.

“Mmm.. Bapak mau nggak menikah sama mama? Kayaknya aku nggak bisa jaga mama sendirian deh!” tanya Anton dengan polosnya.

Wajahku memerah. Tapi Ruri tampak sedih. “Anton! Bicara apa sih kamu ini? Mama itu udah nggak cantik!”

Anton tampak tidak peduli. “Aku pingin Bapak jadi papaku. Biar kita sama-sama jadi pahlawan buat mama!” ucap Anton dengan lebih ceria. Berusaha meredam kesedihan Ruri.

“Anton!” Ruri kini tampak malu.

“Hei! Ruri.. aku mencintaimu apapun keadaannya. Jangan beranggapan kalau ada luka di wajahmu, maka aku akan meninggalkanmu.” ucapku lalu mencium kening Ruri.

Anton tersenyum melihatku yang mencium Ruri.

“Kamu akan selalu cantik, bagaimanapun keadaannya. Ya kan, Ton?” ucapku lalu mengusap  rambut Ruri.

“Iya! Mama itu yang tercantik sedunia!” sahut Anton. “Jadi, kapan menikah?” HEI! Ini anak belajar frontal dari siapa!?

Kami tertawa bersama. Lalu aku memasang wajah serius dan tersenyum.

“Will you?”” tanyaku sambil menggenggam tangan Ruri.

“Yes, I do!” jawab Ruri sambil tersenyum lebar, lalu kami bertiga berpelukan.

 

Anton kini tak hanya jadi pahlawan kecil Ruri, tapi juga pahlawanku.

 

Baca part I di – Gadis Minimarket yang Mampu Memperlambat Waktuku

Baca juga:

Aresta Nia
Aresta Nia
Penulis. Story teller. Suka musik dan puisi. Aktif menulis sejak 2015.

Latest articles

Related articles

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!